Selasa, 05 April 2011

Tentang Takdir

Nei adalah catatanq pada Thursday, March 15th, 2011

Sore ini, ketika sedang uenak2e maen ma nak-kanak children, ada yang bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan takdir manusia padaku. Kurang lebihnya begini merka bertanya: “...kan ada entah ungkapan entah apapun ntuh yang mengatakan bahwa seorang baik maka akan mendapatkan (jodoh) yang baik pula dan begitu pula sebaliknya. Nah kalo ntuh mang bener berarti pada dasarnya kita ntuh udah dijudge/divonis untuk jadi baik ataupun buruk karena jodoh dah bener2 dah ditetapkan Tuhan? Ndak akan berubah dunk?? Kalo udah baikyo baik kalo buruk yo buruk.” Kurang lebihnya demikian mereka bertanya padaku sore ini. Maka aku menjawabnya dengan berangkat dari proses kejadian manusia.

Merujuk pada (hanya) salah satu hadist yang terdapat dikitab arba’in an-Nawawi, kitab yang udah umum temen2 baca, disebutkan bahwa proses kejadian manusia terdiri dari beberapa tahap yaitu nutfah, ‘alaqoh, mudghom yang kemudian disertai dengan ditiupnya ruh manusia pada janin tersebut. Pada saat bersamaan dikirimkan pula bagi janin itu malaikat yang menulis takdir si janin berupa rezeki,ajal, amal, dan masa depannya. Inilah hal amal yang berkaitan dengan sifat baik atau buruk manusia. Kemudian diakhir hadist tersebut disebutkan bahwa ada orang baik namun pada akhir kehidupannya ia mengubah amalnya sebagai amal neraka sehingga ia pun termasuk dalam golongan penghuni neraka dan ada pula sebaliknya. Demikianlah kehendak Allah. Lihat saja surat ar-ra’du ayat 39. “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Umulkitab (Lohmahfuz).”

Kemudian pertanyaan lain muncul “apakah yang asalnya ditentukan dalam takdir kita itu hanya kita terima tanpa ada usaha untuk merubahnya bila takdir itu buruk?” 

maka daku menjawab bahwa semua takdir bisa diubah (dengan tidak memunculkan terlebih dahulu tentang takdir muallaq dan takdir mubrom). Kita liat dalil yang menyebutkan bahwa barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya, maka bersilaturrahmilah. Maka demikianlah kecenderungan effect dari saling bersilaturrahmi yang ada. Liat pula dalil yang menyebutkan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendirilah yang merubahnya. Kemudian liat pula dalil yang menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat (mampu) merubah takdir kecuali dengan do’a. Ini semua menunjukkan bahwa adanya kecenderungan perubahan pada takdir manusia. Ketahui pula bahwa ada dua klasifikasi takdir yang kita kenal yaitu takdir mubrom dan takdir muallaq (takdir yang tergantung amal perbuatan manusia).

Jadi jelas kalau pada dasarnya takdir manusia telah ditulis seketika dia ditiupkan ruhnya. Namun ini tidak berarti bahwa hanya itulah yang harus kita terima. Namun ada yang harus kita lakukan untuk merubah takdir (yang mungkin buruk) menjadi hal yang baik. Dan juga menjaga diri agar takdir yang awalnya sudah baik tidak sampai menjadi buruk. Semuanya sangatlah mungkin terjadi. Pun demikian yang terpenting untuk diambil menjadi hikmah yaitu sebagai manusia kita dianjurkan untuk bersikap optimis bahwa kita memiliki takdir yang baik, tentunya dengan amal perbuatan yang kita tunjukkan. semoga Allah memberikan kebaikan takdir utk kita semua disetiap waktu, dari awal sampai akhir kelak. amiin.

Wallahu a’lam.

1 komentar:

azzaitun mengatakan...

wah bagus tulisannya, ijin share ya mas??