Malam penyambutan tahun matahari...
malam yang selalu saja diramaikan dengan kemeriahan kembang api, hura-hura,
dentuman sound system, bahkan juga deru lalu-lalang motor jalanan negeri. Malam
yang banyak dinantikan untuk dirayakan, namun tidak sedikit juga yang skeptis pada
jenis malam ini. Yaaah, masing-masing memiliki argumentasi yang sama masuk akal.
Bagi yang memeriahkannya, mereka akan bilang bahwa inilah moment yang sepanjang
tahun didamba. Yang skeptis pun juga menyodorkan alasan yang tak bisa
disalahkan tentang kemudharatan-nya. Pada akhirnya, hanya cara kitalah yang
menentukan apakah kita cukup bijak menyambutnya.
Merayakannya…
Perayaan pergantian tahun merupakan
moment yang bisa menjadi titik mula untuk melakukan perubahan diri (kearah yang
lebih baik). Letupan semangat perlu ditampakkan dengan memberikan tanda pada
muasal kelahirannya kembali. Seorang yang ingin melupakan masa lalunya yang
kelam, bisa terpacu dan mulai be positive sedari detik-detik hilangnya angka
penunjuk tahun yang telah terlewati.
Dampak ekonomis perayaan malam
tahun baru pun tak bisa disanggah. Bayangkan berapa besar perputaran uang pada perayaan
malam tahun baru. Uang yang kemudian para asongan gunakan untuk menafkahi istri
dan anak mereka, untuk makan dan seteguk air, untuk sejenak rehat dari lirikan para
debt kolektor, dan untuk sehelai sajadah yang mereka gunakan sebagai alas menangis
dan menghadap Ilahi.
Mencemoohnya…
Why not? Toh pada data empiris yang
ditunjukkan satu malam ini saja cukuplah membuat nurani tercengang. Angka kewaspadaan
pada kriminalitas muncul sedikit lebih tinggi. Ocehan lantaran pelanggaran
etika dan norma juga muncul tak terbantahkan. Kabarnya, kejadian amoral subur
bersemi bahkan sempat bisa mengkategorikan negeri ini sebagai negeri tempat bejatnya
penghuni.
Bukanlah ekonomis bila terbesit
foya. Demikianlah mereka bilang. Bukanlah kenyang bila dapatkan makan dari kotoran.
Demikian pula mereka sabdakan. Dan mereka pun dengan yakin akan dasar pikirnya.
Rayakanlah asal etis dan bermakna…
Tuhan menganugerahkan dan mutlak memiliki
segala isi alam termasuk bulan dan matahari. Keilmuan terhadap keduanya pun adalah
anugerah dari Tuhan. Maka tahun yang dibuat berdasar pada peredaran keduanya
pun adalah anugerah dan mutlak miliknya.
Adalah manusiawi bila merayakan
pergantiannya sebagai sebuah moment. Moment bermakna yang dapat menandai perubahan
jati diri kearah yang lebih baik. Pun ungkap syukur atas apapun yang dilalui
dengan karunia-Nya adalah hal wajib. Dan berdoa untuk kebaikan dimasa mendatang
juga diperintahkan oleh Sang Kuasa. Semua manusiawi bila butuh moment.
Okelah manusiawi bila memandangnya
sebagai sebuah moment. Tapi, mengapa tidak di-ruh-kan sekali perayaannya? Mengapa
hal etis yang harus ditepis? Mengapa harus amoral yang diperbuat? Mengapa ciptakan
dentuman berisik mengusik? Mengapa berfoya bila tak punya? Mengapa harus
melecehkan wanita dengan membawanya ke segala pelosok kota bila berharap untuk
tak dilecehkan selama tahun yang malam ini disambut kedatangannya?
Kitalah yang memilih cara
merayakannya. pilihan kita akan tentukan apakah kita cukup bijak menyambutnya atau tidak? Selamat tahun
baru 2013.
0 komentar:
Posting Komentar