Selasa, 01 Januari 2013

Malam Tahun Baru



Malam penyambutan tahun matahari... malam yang selalu saja diramaikan dengan kemeriahan kembang api, hura-hura, dentuman sound system, bahkan juga deru lalu-lalang motor jalanan negeri. Malam yang banyak dinantikan untuk dirayakan, namun tidak sedikit juga yang skeptis pada jenis malam ini. Yaaah, masing-masing memiliki argumentasi yang sama masuk akal. Bagi yang memeriahkannya, mereka akan bilang bahwa inilah moment yang sepanjang tahun didamba. Yang skeptis pun juga menyodorkan alasan yang tak bisa disalahkan tentang kemudharatan-nya. Pada akhirnya, hanya cara kitalah yang menentukan apakah kita cukup bijak menyambutnya.
 

Merayakannya…
Perayaan pergantian tahun merupakan moment yang bisa menjadi titik mula untuk melakukan perubahan diri (kearah yang lebih baik). Letupan semangat perlu ditampakkan dengan memberikan tanda pada muasal kelahirannya kembali. Seorang yang ingin melupakan masa lalunya yang kelam, bisa terpacu dan mulai be positive sedari detik-detik hilangnya angka penunjuk tahun yang telah terlewati.

Dampak ekonomis perayaan malam tahun baru pun tak bisa disanggah. Bayangkan berapa besar perputaran uang pada perayaan malam tahun baru. Uang yang kemudian para asongan gunakan untuk menafkahi istri dan anak mereka, untuk makan dan seteguk air, untuk sejenak rehat dari lirikan para debt kolektor, dan untuk sehelai sajadah yang mereka gunakan sebagai alas menangis dan menghadap Ilahi.

Mencemoohnya…
Why not? Toh pada data empiris yang ditunjukkan satu malam ini saja cukuplah membuat nurani tercengang. Angka kewaspadaan pada kriminalitas muncul sedikit lebih tinggi. Ocehan lantaran pelanggaran etika dan norma juga muncul tak terbantahkan. Kabarnya, kejadian amoral subur bersemi bahkan sempat bisa mengkategorikan negeri ini sebagai negeri tempat bejatnya penghuni.

Bukanlah ekonomis bila terbesit foya. Demikianlah mereka bilang. Bukanlah kenyang bila dapatkan makan dari kotoran. Demikian pula mereka sabdakan. Dan mereka pun dengan yakin akan dasar pikirnya.

Rayakanlah asal etis dan bermakna…
Tuhan menganugerahkan dan mutlak memiliki segala isi alam termasuk bulan dan matahari. Keilmuan terhadap keduanya pun adalah anugerah dari Tuhan. Maka tahun yang dibuat berdasar pada peredaran keduanya pun adalah anugerah dan mutlak miliknya.

Adalah manusiawi bila merayakan pergantiannya sebagai sebuah moment. Moment bermakna yang dapat menandai perubahan jati diri kearah yang lebih baik. Pun ungkap syukur atas apapun yang dilalui dengan karunia-Nya adalah hal wajib. Dan berdoa untuk kebaikan dimasa mendatang juga diperintahkan oleh Sang Kuasa. Semua manusiawi bila butuh moment.

Okelah manusiawi bila memandangnya sebagai sebuah moment. Tapi, mengapa tidak di-ruh-kan sekali perayaannya? Mengapa hal etis yang harus ditepis? Mengapa harus amoral yang diperbuat? Mengapa ciptakan dentuman berisik mengusik? Mengapa berfoya bila tak punya? Mengapa harus melecehkan wanita dengan membawanya ke segala pelosok kota bila berharap untuk tak dilecehkan selama tahun yang malam ini disambut kedatangannya?

Kitalah yang memilih cara merayakannya. pilihan kita akan tentukan apakah kita cukup bijak menyambutnya atau tidak? Selamat tahun baru 2013.  

0 komentar: