Senin, 18 April 2011

Humor dalam Kelas

Humor merupakan komponen penting di dalam kelas. Saya pikir bahwa jika saya bisa membuat anak-anak saya tertawa, maka mereka lebih mungkin untuk melakukan apa yang saya ingin mereka lakukan. Siswa hanya perlu mengetahui bahwa saya tidak terjebak pada kekakuan. Jadi, konsep pembelajaran joyful learning dengan menghilangkan ke-angker-an kelas setidaknya bisa dihilangkan. Walaupun demikian, saya juga mengakui bahwa untuk beberapa hal, menjadi lucu tidaklah sesuai dengan kelas tertentu. Misal:
untuk kelas yang tingkat kesantunan murid-muridnya cenderung rendah, sangatlah membahayakan bagi guru bila dia terlalu banyak berhumor. Bisa saja guru menjadi bahan gojlokan atau guru tidak dapat mengontrol kelas. Tapi saya pikir bahwa ada cara untuk memasukkan humor ke dalam kelas dimana humor tersebut maupun penyampaiannya disesuaikan dengan gaya masing-masing guru.

Bulan lalu saya memiliki kelas dimana saya mengajarkan skill writing pada siswa-siswa didalamnya. Ketika saya memerintahkan mereka untuk mengerjakan sebuah latihan, seorang siswi nylethuk “oooouwhh… tiddak bissa misterr….”, serasa menirukan gaya seorang Sule, seorang komedian kondang yang terkenal beberapa waktu terakhir ini. Spontan saja clethukan itu disambut tawa oleh kawan-kawannya. Kemudian saya pun mendekati siswi yang bersangkutan. Sambil memegang pundaknya, saya pun berkata, “Saay… panggilan say berarti sayyank akan semua orang pake untuk sapa dirimu kalo dirimu bisa kerjakan tugas dengan baik. Dan kalo kamu tak mau mengerjakan tugas, orang akan tetep panggil dirimu dengan say tapi untuk arti say-thon…”. Sontak seisi kelas heboh dengan humor yang saya berikan. Namun demikian, mereka semua akhirnya cukup senang mengerjakan  tugas yang saya berikan.

Saya tidak takut untuk membuat diri saya sedikit nyleneh dan mungkin sedikit berbeda dengan karakter yang saya miliki. Tentu saja saya harus bisa mengatur mana waktu saya bertindak seperti saya, dan mana waktu yang sewajarnya saya alokasikan untuk sedikit berkarakter beda dari diri saya pribadi. Yang terpenting lagi adalah sebisa mungkin humor yang diberikan akan mendorong mereka kearah yang positif. Daaaan… ada yang garis halus antara sarkasme dan humor. Saya sangat percaya bahwa tidak harus memberikan humor dengan mengorbankan (menjelek-jelekan) salah seorang siswa didalam kelas.



0 komentar: