karakter anak bisa dibentuk melalui kisah-kisah teladan |
Saya pernah mendengar pun sempat mendiskusikan topik tentang penanaman moral melalui kisah-kisah teladan. Saya sendiri pun pernah dengan sengaja menerapkan teknik ini dengan bercerita tentang pengalaman pribadi untuk memberikan semangat kepada anak didik yang menjadi tanggung jawab saya mendampingi mereka dalam sebuah even lomba kepalangmerahan. Dan itu benar-benar terbukti memberikan perubahan sikap bagi mereka. Saat ini saya terdampar dalam buaian susunan kata-kata dalam sebuah buku yang mewacanakan tentang hal itu, kisah-kisah teladan dan moral. Hahaha…. Lucunya, saya membaca ditengah-tengah acara bola di TV. Yo kok sempat-sempatnya saya nei mbawa buku sambil nonton bola. Hihihi…
Kisah-kisah teladan memberikan kekuatan dalam pembentukan karakter anak.
Banyak anak yang tidak suka dinasehati, namun dia sangat senang ketika dia mendengarkan cerita. Apalagi kalau anak dilibatkan dalam cerita itu. Artinya anak tidak sekedar mendengar, tapi anak juga diajak diskusi mengenai isi cerita. Bahkan, menurut saya, bila ada guru atau orang tua yang menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh anaknya dengan memberikan cerita bo’ong-bo’ongan yang seolah-olah benar-benar nyata, ini juga bisa dikatakan melibatkan anak dalam cerita. Karena pada dasarnya, setting yang diberikan pada saat itu adalah sesuai (kontekstual) atau berkaitan langsung dengan apa yang dilakukan oleh anak. Singkatnya, apabla cerita tersebut diberikan dengan setting yang memiliki keterkaitan dengan perilaku anak, maka hal ini bisa dikatakan telah melibatkan anak dalam cerita.
Banyak anak yang tidak suka dinasehati, namun dia sangat senang ketika dia mendengarkan cerita. Apalagi kalau anak dilibatkan dalam cerita itu. Artinya anak tidak sekedar mendengar, tapi anak juga diajak diskusi mengenai isi cerita. Bahkan, menurut saya, bila ada guru atau orang tua yang menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh anaknya dengan memberikan cerita bo’ong-bo’ongan yang seolah-olah benar-benar nyata, ini juga bisa dikatakan melibatkan anak dalam cerita. Karena pada dasarnya, setting yang diberikan pada saat itu adalah sesuai (kontekstual) atau berkaitan langsung dengan apa yang dilakukan oleh anak. Singkatnya, apabla cerita tersebut diberikan dengan setting yang memiliki keterkaitan dengan perilaku anak, maka hal ini bisa dikatakan telah melibatkan anak dalam cerita.
Saya rasa kita nggak boleh menganggap remeh cerita. Orang tua yang mau meluangkan waktu untuk anaknya dengan bercerita, terutama menjelang tidur, akan mampu membentuk karakter. Apalagi diimbangi dengan keteladanan dari orang tua.
Apa yang diceritakan oleh orang lain kepada anak mudah diingat. Bahkan sampai dewasa pun cerita-cerita yang menarik perhatiannya akan selalu diingat. Terutama cerita-cerita yang mengangkat tema moral. Hal itu akan selalu diingat. Untuk itu, orang tua maupun guru dituntut bisa bercerita kepada anak dalam rangka membentuk karakter anak.
3 komentar:
jadi pengen mbacakan cerita,,, haghagh...
aku macak dadi anak e wes!!ahahhah
mbeeeeegh....
Posting Komentar