Jumat, 06 April 2012

Basmalah Edisi Pelosok Negri

a pride of future insides the badge
Saya tidak akan mengatakan bahwa ini adalah keadaan yang memprihatinkan karena saya tahu bahwa banyak rekan-rekan saya di daerah pelosok negri ini yang keadaan tempat mengajarnya lebih memprihatinkan. Mereka harus menempuh puluhan jam perjalanan bahkan hitungan 2-3 hari dengan rakit untuk sampai ditempat tujuan mereka mengajar. Tapi jika penilaian keadaan dilakukan dengan mempertimbangkan metropolitannya kota Jember ditahun ini, salah satu tempat mengajar saya kali ini adalah tergolong pelosok. Entah apa memang spesisalisasi saya ini diarahkan pada pedidikan di daerah suburb ato hanya sekedar kebetulan saja, saat ini saya juga mengampu mata pelajaran bahasa inggris di sebuah SMP Terbuka Kalisat yang berlokasi jauh didaerah pinggiran kota, Jurojuh-Sumbersalak-Ledokombo-Jember.  It’s about 45-50 kms away from the downtown and 60kms from my home. Kenapa saya sampai disini?? Aaah, ini hanyalah berkaitan dengan kepercayaan seorang bijak pada saya.

Tercium rentetan misi yang berbunyi: asalkan anak-anak ini sekolah, asalkan mereka tersentuh pendidikan lanjut, asalkan ada asa masa depan yang mereka punya dengan pendidikannya kali ini. Harapan yang tidaklah muluk-muluk akan terselenggaranya pendidikan bagi mereka disini. Bagi sebagian mereka, sangatlah sulit untuk disadarkan tentang prioritas A1 pendidikan. Namun disebagian yang lain, semangat tinggi mereka terbentur dengan keterbatasan akses pendidikan khas daerah pelosok, tak ada sekolah terjangkau.

Pertemuan pertama kami dihadapkan pada cerita sound system acara pernikahan Hermawan, seorang siswa yang pada jam pertama pelajaran masih sempat mengikuti KBM (kegiatan Belajar Mengajar), namun di jam selanjutnya dia telah bergegas pulang untuk dirias sebagai seorang pengantin. Di lain sisi, belasan anak datang dengan kostum ala kadarnya. Bukanlah sepatu yang mereka kenakan, melainkan hanya sepasang japit penghias jemantik kaki, hanya demi ilmu pencipta asa masa depan mereka. Bahkan pernah suatu ketika saya mendapati seorang siswa yang absen lantaran sungai yang biasa dia lalui untuk menuju ke sekolah sedang banjir. Oouuwh, saya kira hanya di TV saja saya akan mengetahui hal ini, ternyata saya bahkan mendapatinya juga. Ahahaha… 

Inilah sebagian kecil serba-serbi anak negri tentang pendidikan mereka. Seperti biasa, saya hanya perlu mengemas segala yang akan saya lakukan disini dengan ucapan basmalah… basmalah edisi pelosok negeri.

2 komentar:

Dini Rosita Sari mengatakan...

WOW! Sebuah tantangan tersendiri saat seorang pendidik yang notabene benar-benar 'concern' dengan dunia pendidikan pergi menjamah pelosok negeri ini. Jelas situasinya akan berbeda jika yang berangkat itu adalah para 'guru-guruan'. Semoga tantangan yang satu ini bisa terus kamu nikmati dan akhirnya takklukkan..

nurish shufi mengatakan...

ahahaha... iyah mbak. amiin... terima kasih wish-nya.. (jangan berhenti doakan yah... ihihihi...).
saya ndak bisa mengukur dengan akurat seberapa besar ke-concern-an saya dengan dunia ini. tapi murid2 sepertinya bisa merasakan. begitu juga dengan murid2ne samean..