seperti ini kan keren thooh... |
Pertemanan
merupakan hal yang harus dimiliki oleh tiap manusia. Bila teman kita baik, maka
akan ada pula kecenderungan diri kita untuk menjadi baik. Dan saya sangat
bersyukur karena diantara ribuan sikap baik yang dimiliki teman-teman saya,
terselip sebuah sikap baik mereka
yaitu sikap baik mereka tatkala mengajak saya
untuk sholat. Dan mereka pun tak enggan mengajak saya untuk bersama
melakukannya. Ini karunia Tuhan yang mungkin tak terbalas dengan ucap syukur
seumur masa.
Entah
mengapa saya baru menyadari hal ini dibulan rajab ke-25 dari hidup saya saat
ini. Bila diruntut sejak saya kecil, teman-teman yang saya bersahabat dengan
mereka selalu mengajak saya untuk sholat
ketika kami bermain atau berada dalam satu kegiatan seperti kuliah, mengajar, atau
kegiatan diklat.
Sewaktu
MI (madrasah Ibtidaiyah), suasana agamis tempat saya dan teman-teman mengenyam
pendidikan sangatlah kentara sehingga tak ayal bila kami selalu bergantian
untuk menjadi imam sholat. Bahkan tatib sekolah telah mendesain kami untuk
bergegas melakukannya, tanpa paksaan, dan otomatis dengan sukarela. Bayangkan,
beberapa anak kecil (dan saya yang paling kueciiiiill...) berlarian menuju
masjid untuk sholat dhuha dan dhuhur tepat ketika bel istirahat kesatu dan
kedua berbunyi. Subhanallah, syukurku pada-Mu ya Rabb....
Sewaktu
MTs juga demikian. Memang suasana agamis sekolah tidak sekental dikala MI,
namun hal itu tertutupi dengan keberadaan saya di sebuah pondok pesantren, PP
Darussholah. Nah, di pesantren inilah saya mengenal “manjalin (rotan) sakti”
pengusir setan, setan yang membuat saya dan teman-teman berstatus (minimal)
jamaah masbuk bila melayaninya. Ahahaha... sempat sih saya mendapatkan tiga
larik cap rotan berwarna merah redam pada lengan saya. Namun bila dibandingkan
dengan yang lain, saya masih sangat beruntung. Dan pertemanan saya dimasa ini
diwarnai dengan saling awas-mengawasi untuk tidak sampai menjadi korban
manjalin sakti.
Sewaktu
SMA, saya dan teman-teman bahkan memiliki tradisi unik lempar tiang sebelum
sholat. Adapula slogan yang kami miliki dikala itu sebagai bahan banyolan,
“sholat ingat makan, ato makan ingat sholat?”. Keduanya muncul ketika terselip
dalam sebuah langkah menuju sholat berjamaah. Bila saya tak lakukan dengan
teman, bila saya tidak diajak oleh teman untuk bersama melakukan sholat, dan
bila ini dilakukan sendiri, tidak mungkin tradisi unik dan banyolan itu lahir
dibagian hidup saya. Selain itu, kehidupan pesantren kedua saya juga diwarnai
dengan hal yang demikian. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika kami
bertujuh (saya, jaw, mron, brul, pink, hemo, dan sakti) saling mengingatkan
untuk meningkatkan prosentasi menghadap Tuhan ketika menjelang UN.
Dikala
kuliah hingga saat ini, teman-teman saya telah berhasil membuat saya bergegas
dan pula menunda untuk sholat. Saya bergegas sholat ketika saya diajak
berjamaah oleh teman ditengah kesibukan saya. Saya pun sempat menunda untuk
sejenak ketika mereka meminta saya menunggunya menyelesaikan pekerjaan yang
tinggal sedikit dan kemudian sholat jamaah bersama saya.
Saat
berperan sebagai seorang panitia sie acara (doc. PANITIA OSPEK JURUSAN 2007),
saya dengan kewenangan yang saya miliki tak lupa menyisipkan acara sholat
berjamaah. Dan hal ini tidak mendapat protes walaupun ini berarti saya merombak
susunan acara ditahun sebelumnya. Respon dari teman-teman membuat saya semakin
bersyukur karena saya tidak bersama orang-orang yang salah.
Terima kasih ya Allah
atas manusia-manusia yang engkau kenalkan kepada saya. Semoga Engkau berkenan
menerima kami di taman-Mu yang begitu megah dan indah. Teman-temanku, janganlah
kalian bosan mengajakku ke jalan dimana kita bisa bertegur sapa dengan sang
Maha Pencipta. InsyaAllah, Dia ridho pada pertemanan kita.
0 komentar:
Posting Komentar